Setelah sekitar sebulan lamanya survey yang berkepanjangan dan banyak nanya sama orang kantor sebelah sampe dia males ketemu saya, akhirnya jadi juga saya dan pacar berangkat ke Gili Trawangan. Yaaayy!! Kami sengaja berangkat sehari sebelum Hari Raya Nyepi, untuk menghindari gelap-gelapan di Bali. Sekalian memuaskan rasa penasaran sejak lama tentang Gili Trawangan yang katanya kaya surga itu.
Padang Bai - Lembar
Berdasarkan informasi yang saya dapat secara paksa dari seorang teman, sebaiknya tiba di Bangsal sebelum maghrib karena kapal yang menuju ke Gili tidak lagi beroperasi di atas jam tersebut. Maka saya pun berangkat dari rumah saya di daerah Kesiman Denpasar sekitar pukul 5 pagi menuju Pelabuhan Padang Bai. Seperti yang sudah saya jelaskan di postingan sebelumnya, karena budget pas-pasan dan yang berangkat cuma dua orang, maka kami memutuskan untuk naik sepeda motor ke Gili Trawangan.
Naik motor jam 5 pagi ke Padang Bai ternyata enak banget. Udara masih seger dan pemandangan selama perjalanan juga mantap. Jadi ga kerasa jalan selama satu setengah jam, eh tiba-tiba udah sampe aja di Padang Bai. Karena kami berangkat H-1 Nyepi, rupanya banyak juga penduduk Bali yang "melarikan diri" ke Lombok. Antrian masuk ferry cukup panjang, kebanyakan sih bule yang mau escape dari Nyepi. Setelah kira-kira 30 menit, akhirnya saya dan pacar bisa duduk manis di atas ferry yang ternyata bagus banget. Beda banget sama ferry Gilimanuk-Ketapang yang kebanyakan udah tua, ferry yang kami tumpangi ini masih kinclong dan fasilitasnya lengkap mulai dari restoran, lounge, arena bermain anak, sampe kursi-kursi malas di dek kapal buat berjemur.
Pacar dan Ryan, si bule nekad |
Perjalanan laut dari Padang Bai menuju Lembar (Lombok) memakan waktu kira-kira 4 jam apabila cuaca bersahabat. Karena perjalanan masih lama, kami pun sarapan di atas ferry. Pas lagi makan, ada bule dengan potongan backpacker duduk di sebelah kami sambil makan sandwich bikinan sendiri. Namanya Ryan, asli Australia dan baru pertama kali ke Bali. Sendiri pula. Dia tau Gili Trawangan dari brosur-brosur yang dia liat di Bali dan memutuskan untuk langsung ke Gili dengan cara ketengan alias go show! Dalam hati saya, "Gila ni bule hebat amat, saya aja 21 tahun hidup di Indonesia baru sekarang bisa ke Gili." Ryan ternyata orang yang enak diajak ngobrol, bahkan dia sempet ngajarin kami main ukulele, gitar kecil yang suka dimainin sama Jack Johnson itu.
Setelah 4 jam lebih dikit berlalu, sampai juga kita di Pelabuhan Lembar-Lombok. Kami dan Ryan berpisah karena dia harus ngejar bus umum menuju Bangsal. Hello Lombok!!
" 4 jam adalah waktu yang lumayan panjang, jadi kalo anda berencana ke Gili via ferry, saya sarankan jangan lupa bawa bacaan, atau PSP atau paling engga iPod biar ga mati bosen di atas ferry. "
Lembar - Bangsal - Gili Trawangan
Tiba di Lembar, waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang tapi rupanya udara di Lombok ga sepanas di Bali. Jadi kami pun naik lagi ke atas motor dengan hati gembira :D
" Cocok dengan julukannya, "Pulau Seribu Masjid", di Lombok memang banyak sekali terdapat masjid. Hampir tiap 500 meter saya ketemu masjid di kanan-kiri jalan. Mulai dari yang design nya klasik sampe yang aneh-aneh. Padahal kami belum jauh dari pelabuhan! "
Saya dan pacar memutuskan untuk langsung saja naik motor menuju Bangsal dan tidak berhenti dulu untuk makan siang. Untuk mencapai Bangsal, kami harus melalui kota Mataram dulu, lalu lanjut ke Senggigi, baru kemudian Bangsal. Untuk mencapai Mataram, gampang sekali. Papan penunjuk jalan terpampang jelas dan mudah diikuti. Kota Mataram bukanlah kota yang menarik untuk dilihat, menurut saya. Jalanannya masih lebih sederhana dibandingkan dengan Denpasar. Karena itu kami tidak berhenti alias numpang lewat saja di Mataram.
Setelah mencapai Mataram yang kira-kira 45 menit jauhnya dari Pelabuhan Lembar, saatnya saya mencari petunjuk jalan ke arah Senggigi. Sebenarnya ada 2 opsi rute untuk menuju Bangsal. Yang pertama adalah melalui garis pantai Senggigi, atau lewat jantung kota Mataram menuju ke sebuah daerah dataran tinggi berhutan (maaf, saya lupa nama daerahnya). Tapi karena ini merupakan trip pertama kami ke Gili, saya putuskan untuk lewat Senggigi saja supaya tidak nyasar. Dari Mataram ke Senggigi juga merupakan hal yang tidak sulit, berhubung Senggigi adalah tujuan wisata utama di Lombok, maka petunjuk jalan ke sana pun banyak dan lengkap. Tidak perlu takut nyasar.
" Jangan coba-coba bertanya kepada orang-orang Mataram tentang letak Bangsal. Menurut pengalaman saya, orang-orang "kota" ini kurang tau dan tidak mengenal Bangsal. Lebih baik anda tanya arah ke Senggigi, setelah tiba di sana barulah cari pelabuhan Bangsal. Orang-orang di Senggigi lebih mengerti dan selain itu, sepanjang jalan di Senggigi banyak juga bule-bule yang bertujuan sama, tinggal tanya saja. "
Berada di atas motor selama kurang lebih satu jam di bawah teriknya matahari langsung terbayar begitu kami sampai di garis pantai Senggigi. Pemandangannya luar biasa! Benar-benar cantik dengan laut yang biru bening dan pasir putih di sebelah kanan, serta tebing tinggi berhutan hijau di sebelah kiri. Inilah kelebihan naik motor ataupun mobil pribadi ke Gili. Karena garis Pantai Senggigi cukup panjang, di sepanjang jalan kita bisa menemukan tempat-tempat dengan titik pandang yang terbaik yang sengaja disediakan oleh pemda Lombok untuk berfoto ataupun beristirahat. Banyak rumah makan dan kedai kopi yang bisa kita singgahi sebelum melanjutkan perjalanan ke Bangsal. Barisan kepulauan Gili pun bisa kita lihat dari jauh, tiga pulau kecil berwarna hijau di tengah hamparan laut biru. Pokoknya, keren banget deh.
Pelabuhan Bangsal |
Setelah berkendara cukup lama, akhirnya kami sampai juga di Pelabuhan Bangsal. Pada saat itu penunjuk jalan ke arah Bangsal tidak tersedia dengan baik, jadi anda harus aktif bertanya kepada penduduk setempat. Anda sudah ada di jalan yang benar apabila anda mulai melihat banyak counter fast boat seperti Gili Cat di kanan-kiri jalan. Kami tiba di Bangsal pada pukul 13.30 siang dan saat itu tidak terlalu ramai karena beberapa boat baru saja meninggalkan pelabuhan menuju Gili. Sepeda motor dan mobil tidak bisa ikut meyeberang karena di Gili kendaraan bermotor dilarang. Namun di Bangsal tersedia jasa parkir yang dijamin aman dengan biaya Rp 10,000/motor dan Rp 25,000/mobil per harinya. Setelah parkir kami pun langsung menuju loket untuk membeli tiket penyeberangan. Slow boat dari Bangsal ke Gili berangkat setiap 15-30 menit sekali tergantung ramainya penumpang. Anda harus menentukan pulau Gili mana yang anda tuju. Untuk penyeberangan ke Gili Air (yang paling dekat dengan pulau Lombok) biayanya adalah Rp 8,000/orang, Gili Meno Rp 9,000/orang, dan Gili Trawangan (yang paling jauh dari Lombok) Rp 10,000/orang. Keberangkatan setiap boat tersebut harus menunggu hingga kapal penuh (20 orang per kapal). Istilahnya ngetem lah. Jika anda malas menunggu, anda bisa carter satu boat untuk anda sendiri dengan biaya Rp 200,000.
" Bangsal adalah pelabuhan kecil yang masih sangat sederhana. Jangan harap anda menemukan ruang tunggu yang nyaman di sini. Apabila anda berangkat dengan rombongan, sebaiknya carter satu boat dan bayar patungan. Atau sok akrab saja sama penumpang lain di ruang tunggu supaya bisa patungan carter boat. "
Kami pun membeli tiket perorangan menuju Gili Trawangan. Sambil menunggu, kami makan siang di salah satu warung soto yang ada di sana. Sotonya agak sedikit berbeda dengan soto di Bali atau Jawa. Rasanya lebih pedas dan gurih. Harga semangkuk soto di Pelabuhan Bangsal adalah Rp 12,000. Setelah kenyang, pas banget kami sudah dipanggil oleh petugas pelabuhan untuk siap-siap berangkat menuju Gili Trawangan. Boat menuju Gili adalah kapal motor yang sangat sederhana. Hanya muat 20-25 orang. Perjalanan ke Gili Trawangan dengan slow boat ini memakan waktu 45 menit. Pemandangannya jangan ditanya, indah sekali. Saya bertemu sebuah keluarga asal Jakarta di atas kapal, mereka ternyata juga belum pesan hotel sama sekali.Saya, pacar, dan keluarga itu adalah satu-satunya orang Indonesia di kapal tersebut. Sisanya bule! Haha, berasa lagi di luar negeri.
Pemandangan dari slow boat menuju Gili Trawangan |
45 menit terasa sangat singkat, akhirnya kami sampai juga di Gili Trawangan! Yaaaayyy!!!